18.5.06

sebuah seni

apa itu seni? ga teu *doenk* hehehe.. aseli diriku ga tau arti harfiahnya, arti yang tertera di kamus-kamus yang naik cetak berkali-kali itu.. klo menurut yang saya pahami, seni itu sesuatu estetika tentang keindahan. terkadang abstrak, tersirat, implisit, eksplisit, vulgar, bebas (?) dan semuanya nyata dalam ketidaknyataannya *nah lho*. seni agak sulit untuk dipahami, dimengerti, dan dimaknai. ditambahi apresiasi yang berbeda dari tiap orang membuat makna dari seni menjadi beragam. apa seni berbatas? ga tau juga.. belakangan, seni harus sesuai etika. apakah pemikiran orang berbatas? hanya orang itu yang tau. seni, sebagai buah pemikiran orang bisa menjadi sangat terbatas, dan bisa menjadi sangat tidak terbatas. terserah sang seniman. nyatanya seni tetap sebuah relativitas, tapi harus diakui tidak se-relatif waktu.. karena seni tetap mengacu pada waktu. atau tidak?? dunno.. *kebanyakan ga tau niyh, hihiihih.. peaceeee* yang jelas, menurut saya, seni itu untuk dinikmati..

wokeh, so the question is.. *or might be are ;b*
klo anda ingin mengklasifikasikan sebuah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari anda sebagai sebuah seni, kira-kira peristiwa apa yang akan anda pilih? 'sebuah-pertemuan' kah? 'sebuah-perpisahan' kah? 'sebuah-kelahiran'? 'sebuah-cinta'? 'sebuah-kematian'? atau kah 'sebuah-kehilangan'? ada pertemuan, ada perpisahan, kematian selalu menjadi bayang-bayang dari sebuah kelahiran.. sebuah cinta dalam hidup, dan sepotong cinta yang dipaketkan dalam kematian.. dan esensi dari semuanya tetap tentang 'sebuah-kehilangan' *menurut saya siyh*.. apa yang kita miliki, tidak paten milik kita, meskipun kita mengklaimnya demikian.. begitu aturan tertulisnya. dan kita tidak tau apa yang kita miliki, sampai sesuatu itu diambil dari kita. sampai kita mengalami sebuah peristiwa yang bernama kehilangan. begitu aturan tidak tertulisnya, yang diambil dari sebuah pengalaman *saya rasa kita semua pernah mengalaminya toh?*. meskipun demikian, kehilangan tetap suatu probabilitas yang relatif *istilah yang rusuh niyh* hmm, maksudnya kehilangan tidak pernah memihak. tidak memandang 'good-people' dengan segala 'good-thing' nya.. terjadi pada setiap orang, kapan saja, dimana saja. dan meninggalkan kebingungan untuk dihadapi. dari yang biasanya ada, menjadi tidak ada. dari yang biasanya begini, menjadi tidak begini. dari yang begitu, menjadi tidak begitu. dari yang biasanya berisi, menjadi kosong : kehilangan. memaknai kehilangan sebagai suatu pelajaran, itu yang kita lakukan. kehilangan adalah sebuah pelajaran, mendengar 'pelajaran' maka apa yang terpikirkan? sebuah kesulitan dan kesukaran. benarkah? misalnya, pelajaran fisika, apa yang terlintas dipikiran kita saat mendengar dua kata ajaib itu.. sulit, sukar, tidak mudah dipahami. yang sulit kata 'fisika' nya ato kata 'pelajaran' nya? kedua kata itu saling bersinergi dalam kesulitan dan kesukaran sepertinya *but i prefer physics than mathemathics instead :b* mendengar kata pelajaran saja, yang terlintas di pikiran saya adalah sebuah rutinitas membaca, menulis, mendengarkan, memahami, mengerti, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya.. apalagi setelah ditambah dengan fisika, maka lengkaplah, kebosanan akut dan kebingungan yang sempurna *tuink* jadi, pelajaran dalam hidup, pelajaran kehilangan. mm, bagaimana klo untuk memudahkan dan sedikit meringankannya, kita menyebutnya sebagai sebuah seni? sesuatu yang sama sulitnya dengan pelajaran, tapi bukan untuk diratapi kesulitan dan kesukarannya, melainkan untuk dinikmati dan dihargai. seni kehilangan.

sebuah seni*)

seni kehilangan tidaklah sukar dikuasai
begitu banyak hal seakan begitu gigih
menghilangkan diri sebagai kehilangan
mereka tak lagi menjadi malapetaka

kehilangan sesuatu setiap hari
terimalah kebingungan yang timbul karena kunci pintu yang hilang
waktu yang sia-sia terlewatkan
seni kehilangan tidaklah sukar dikuasai

lalu berlatihlah kehilangan lebih banyak lagi, lebih cepat lagi
tempat-tempat, nama-nama, serta tujuan
yang seharusnya kau kunjungi
semua ini tak akan menjadi malapetaka

aku kehilangan jam tangan ibuku
dan lihatlah! tiga rumah terakhir atau kedua dari yang terakhir
yang kucintai, melayang pergi
seni kehilangan tidaklah sukar dikuasai

aku kehilangan dua kota, yang indah-indah
dan yang lebih luas lagi, kehilangan sejumlah negeri yang kumiliki
dua sungai, sebuah benua
aku merindukan mereka, tapi itu bukan malapetaka

bahkan kehilangan dirimu
(suaramu yang penuh tawa, isyarat tubuhmu yang kupuja)
aku takkan berdusta
jelas sudah, seni kehilangan tidaklah terlalu sukar dikuasai
walau tampaknya (tulislah!) mirip malapetaka


*)by Elizabeth Bishop


selamat mencoba mengerti, memahami, menghargai dan yang paling penting menikmati!!



dari saya, yang baik-baik saja setelah kehilangan
dan juga selalu takut untuk kehilangan *gubrakz*

0 komentar:

 

loveblue © 2008. Chaotic Soul :: Converted by Randomness