30.1.07

kehilangan

karena aku, sangat tidak suka dengan yang namanya kehilangan, dan sebagai balasan terbesarnya, dia selalu mengikutiku. persis seperti sebuah bayangan. selayaknya sebuah bayangan, maka tak akan pernah lepas dari tubuh. hubungan kami sangat mesra. bahkan terlalu mesra, untuk sebuah ukuran ke-tidak-suka-an.

malam itu saat sepi meneriakkan teriakannya paling lantang. saat gemintang semakin banyak sampai menjadi selalu tak terhitung. saat dingin, bukanlah masalah dibawah kelambu langit. dia menghampiriku, mengajakku bicara..

“aku akan pergi..”
“tumben kamu ingin pergi”
“jangan sinis begitu”
“yeah rite. so where will you go?”
“jauh, kamu tak akan melihatku lagi”
“sejauh itu kah?”
“yap. sejauh itu. bahkan semua orang tak akan bertemu dengan ku lagi”
“jadi..?”
“iyah, jadi tak akan ada lagi airmata. karena kehilangan itu telah menghilang”
“bagaimana bisa?”
“bisa saja. buktinya aku akan pergi besok”
“kamu tidak mungkin bisa”
“haha, apakah kamu takut kehilangan aku? sebuah ‘kehilangan’?”
“bukan begitu. nanti semuanya akan selalu tertawa”
“terus?”
“tidak ada lagi kesedihan”
“lalu?”
“dunia akan selalu tertawa”
“apa salahnya dengan itu? bukankah itu yang selalu kalian inginkan?”
“kamu tak mengerti”
“untuk apa aku mengerti, kalo hampir semua manusia di jagad ini menganggap aku musuh bebuyutan. siapa yang peduli dengan aku?”
“kamu marah?”
“jelas saja aku marah. kalian gila karena aku. kalian selalu menganggap aku momok. bahkan tak ada tempat untuk aku. tapi aku tahu aku selalu mempunyai tempat. dan kesempatan. yang tak pernah kalian miliki”
“kamu sakit!!”
“aku akan pergi bersama waktu”
“….”
“besok waktu akan mengambilku, dan menyimpanku selama-lamanya..”
“waktu tidak sejahat itu”
“look who’s talking now..”
“…”
“nikmati semua yang kamu miliki sekarang. tanpa rasa khawatir untuk disertakan. karena tak akan ada lagi yang hilang”
“jangan..”
“aku pergi..”


tak terasa, pagi telah menjemput. kehilangan pun tidak lagi bersamaku. aku mulai menangis. aku kehilangan ‘kehilangan’ itu. dia tidak pernah mengetahui.. begitu dia pergi, aku hanya bisa meratapi, karena telah kehilangan dirinya yang selalu ada dari setiap kehilangan yang terjadi.. kenapa dia meminta waktu membawanya? kenapa dia sebodoh itu..? yang ada tetap sebuah kehilangan. kehilangan yang mengabadi. bukannya tawa yang seperti dia kira..

0 komentar:

 

loveblue © 2008. Chaotic Soul :: Converted by Randomness