18.1.07

kepentingan

scene satu : angkot. malam. tiga penumpang.

turunnya dimana mbak?
di jalan ini
klo mbak yang ini?
di jalan anu
ooo. pak sopir, anterin saya dulu yah? anak saya udah merengek-rengek niyh.

kata ibu paruh baya, dengan anak di gendongan yang pada kenyataannya memang merengek-rengek banged. diikuti dengan tatapan jutek dari mbak yang satunya lagi. dan langsung nyolot

lho? ga bisa donk. saya kan juga ada kepentingan yang mendesak bu.
lagian saya kan yang naek duluan. dan ibu belakangan.


si ibu paruh baya hanya bisa diam. dan sepertinya pasrah aja ama pak sopir. siapa yang mo duluan di antar. saya? anteng-anteng aja. berhubung saya tak punya kepentingan mendesak. kecuali klo mandi dan istirahat di rumah dengan nonton vcd yang baru saja saya sewa bisa dikategorikan sebagai kepentingan mendesak *wink* walaupun klo mo diurut-urutkan sapa yang naik duluan, maka saya akan keluar sebagai pemenangnya. dan mbak yang nyolot, plis get out from my way. hehe. lagian, saya terlalu migrain wat ikutan nimbrung di kegiatan itu. hanya mampu nyumbang senyum.

tiba tiba.. lho? ini kan udah di daerah tempat tinggal saya. ternyata pak sopirnya malah mengantarkan saya duluan ke tujuan *tuink* sebenarnya rada ga enak juga dengan dua penumpang lainnya. yang nyata-nyata benar-benar kelihatan sangat terburu-buru dan harus sampe di tujuan tepat pada saatnya. bahkan sempat adu mulut. tapi gak mungkin kan saya minta pak sopirnya untuk mutar balik ke tujuan dua penumpang lainnya dan mengabaikan saya? bisa-bisa saya yang diturunkan di tengah jalan sama pak sopirnya.

sempat mikir juga, klo memang punya kepentingan mendesak, kenapa gak menggunakan jasa angkutan berpenumpang satu orang, taksi dan ojek misalnya. supaya nyata-nyata penjual jasa tersebut hanya memiliki fokus ke penumpang itu saja. tak perlu sampai ribut. klo memang hanya bisa naek angkot, harap mentolerir dan menghargai penumpang yang membawa segala kepentingan mendesaknya toh?

scene dua : angkot. pagi. tiga penumpang

dua orang ibu yang mo ke pasar. dan saya yang mo ke kantor. memang, jalan ke kantor saya, searah dengan jalan yang mo ke pasar tradisional di sini. pagi ini, saya kesiangan. tadi malam, tidur stengah lima. kakak saya sakit. dan membutuhkan treatment khusus. pas bangun tadi, langsung masak bubur, nyediain semua yang dirinya perlukan. trus saya tinggal ke kantor.

kuliah di kampus ini mbak? mo ke kampus kan?
nda bu, mo ke kantor.
oo, kantor mana?
di kantor anu.
jam segini baru mo ke kantor?
hehehehhehe..

iyah. saya tau dan sadar, tadi itu bukan jam kantor yang pas. tapi, apa manfaatnya saya mengatakan kepentingan mendesak saya beserta excuse nya pagi tadi di rumah sehingga saya baru jam segitu berangkat ke kantor? hanya untuk sedikit membalikkan citra pegawai negeri yang memang selalu dipandang miring oleh sebagian banyak orang? apa saya mesti menanyakan balik, 'jam segini kok baru ke pasar bu?' supaya impas kan?

ah, saya tau kota ini tidak cukup ramah klo dimasukkan ke parameter ramah menurut saya. tapi tak perlu diingatkan secara berulang-ulang kan? ouch! saya mulai mengeluh. hal yang tak baik untuk diteruskan di awal tahun ini.

0 komentar:

 

loveblue © 2008. Chaotic Soul :: Converted by Randomness