Tak tahu mengapa aku selalu saja merindu mu.. hmm, mungkin sekarang saatnya untuk ku berhenti menganalisis dan bertanya mengapa, berhenti membuat klausa sebab akibat yang baru akan ada habisnya bila aku menjawabnya dengan kausa prima, dan berhenti menemukan segerbong alasan yang terlalu dibuat untuk ada.. jalani saja semua nya dan mungkin aku akan tetap tersenyum dan selalu tersenyum..
May I do some flashback?
Aku sedang tidak siap untuk datang, aku sedang tidak siap untuk mengikuti perhelatan itu, dan aku datang tidak dengan segenap hati, meskipun jujur saja, perhelatan itu sungguh aku nantikan. Kamu, teman-teman mu, aku, teman-teman ku, dan akhirnya kita semua menjadi akrab dalam kebersamaan. Kegilaan-kegilaan yang kita lakukan, yang akhirnya menjadi kekompakan bersama. Menyenangkan bukan? Hhhh, aku sering tersenyum ketika mengingat itu semua, dan ingin sekali untuk kembali bersama di tempat itu juga, tapi mungkin rasa nya sudah tidak akan sama lagi huh? itu kan gunanya momentum, hanya berarti pada saat itu juga, klo udah lewat, maka lewat lah juga semua rasa yang tertumpah di saat itu.
Pertemuan pertama kita (menurut aku, lantaran belakangan kamu mengaku udah melihatku sejak awal pada saat kita semua kumpul) dalam event yang disebut “mencari pasangan” (jangan salah, ini bukan ajang cari jodoh lho!) untuk melihat bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik dan benar dengan apa yang ada di sekeliling kita, skali lagi, aku mesti tertawa klo mengenang ini.. lucu.. teriak teriak, demi untuk menjadi the first, kayak anak ayam kehilangan induknya saja, tapi event itu yang mempertemukan kita toh? Di event ini kita diminta untuk mengetahui sebanyak mungkin segala sesuatu tentang “pasangan” kita. Kita kenalan, aku yang lagi dengan mood yang amad jauh dari kata senang, dan kamu, dengan semangatmu dan juga ide-ide jahilmu yang sering muncul di saat situasi sedang lengang-lengangnya.. terlalu berlawanan menurut aku, tapi herannya kamu berhasil membuat aku tertawa waktu itu, thanks to you. Dan kita berhasil saling tukar menukar nomor ponsel.. hh, aku sempat berpikir, bagaimana klo waktu itu aku benar benar lagi tidak mau berbagi dengan siapapun? apa mungkin akan berbaris rapi kata kata tentang penyesalan membuntuti kemanapun aku melangkah? hehe, mungkin saja, but who knows lah..
Perkenalan pertama itu, tidak kemudian langsung membuat kita akrab, karena mungkin aku yang terlalu sering menuruti mood ku yang sangat awut-awutan dan hasilnya mengacaukan segala situasi yang ada.. meskipun sempat ada short message dari mu yang mengatakan nice to meet me.. hmm, klo boleh, aku akan mengatakannya sebagai prosedur standart untuk suatu pertemuan. aku tidak tahu. aku hanya ingin mengutarakannya saja. karena demi menyambung tali silaturahmi pun, aku juga membalas short message mu itu. ternyata kita berdua sama-sama melakukan prosedur standart yah? hehe.. Dan lewat prosedur standart itu pun, kita berdua bisa dikatakan mulai dekat, tapi tidak untuk saling menyapa, kita hanya sering bertukar senyum. Setidaknya, daripada tidak sama sekali, hehe, maaf, itu prinsip ku. Dan lama kelamaan waktu pun turut membantu kita untuk bisa lebih saling mengenal.. hmm apakah kita benar benar lebih saling mengenal waktu itu? sampe skarang pun aku masih sering bertanya..
Pesan pesan singkat yang saling menyemangati satu sama lain, dan perlahan-lahan mulai menghilangkan mood jelek ku, yang akhirnya membuat aku mulai menikmati perhelatan itu. Aku menikmatinya, karena aku mendapatkan banyak teman baru, dan sudah saatnya aku mulai tertawa lagi dengan sepenuh hati. Hmm, rasanya aku sempat tenggelam ke negeri antah berantah waktu itu.. sebelum aku mulai tertawa lagi maksud ku..
Aku tentang kamu
Kala itu, aku melihat mu sebagai, apa yah.. hmm teman, dan sepertinya tidak berharap lebih, lebih tepat lagi, tidak mau berharap lebih.. takut, aku hanya takut saja. Meskipun pesan pesan singkat itu, makin meningkat isinya dan intensitasnya, dan aku mencoba menanggapinya dengan cara yang sewajar mungkin. Apalagi, setelah aku mengetahui, teman ku juga mendapatkan pesan singkat yang sama dari mu, entah dari isinya ataupun dari intentsitasnya. Maka semakin aku pertegas, kamu itu adalah teman ku. Teman baru ku, yang mau berbagi tawa dengan ku, dan aku, tidak akan berharap lebih dari mu, itu saja.
Kemudian, there’s a little bit problems, kamu membutuhkan teman cerita.. (skali lagi i’m still wondering, apa kamu benar benar membutuhkan teman cerita waktu itu?) dan aku, sebagai teman, berusaha untuk ada, mendengarkan, dan mencoba memberi solusi. kamu bercerita banyak kala itu, dan aku, mencoba memberi banyak juga saat itu.. sebisa ku semampu ku. Kita mulai dekat, hmm dekat? entahlah. Yang aku pahami kala itu, setidaknya aku merasa sedikit lebih mengenalmu, daripada yang biasanya. We spend many times together, aren’t we? Sampai intensitas kebersamaan yang meningkat itu pun, aku masih melihatmu sebagai teman.
Aku menikmati semuanya, maksudnya, aku ga mungkin menyesali pertemanan seperti itu. Aku mensyukurinya dengan amat sangat. Sudah lama aku tidak berteman seperti itu. Maksudnya lagi, dengan cowok. Klo dengan teman cewek, pastilah sering. Aku kehilangan teman teman cowok ku saat aku meninggalkan bangku SMU. Dan it’s so glad find new friend like that.
Suatu hari, aku mendengar kabar dari teman ku. Katanya dia mendengar nya dari teman mu. Bukan main teman-teman kita itu.. hehe, dan aku masih sering saja tertawa mengingat itu, tapi aku juga berterima kasih kepada mereka. Kabarnya, kamu menyukai aku, bukan untuk teman, tapi untuk lebih dari teman. Kabar itu, preety shocking, mengingat apa yang kamu ceritakan dan mengingat atas garis tegas yang sudah aku tetapkan untuk jenis hubungan kita. Apa benar begitu? Skali lagi, aku menampiknya, tidak mau berusaha mencari tahu, cukup sampe di situ saja kabar itu, klopun akan berlanjut, aku menyerahkan sepenuhnya pada waktu. Dan aku tetap melakukan kebiasaan kebiasaan kita. Berbagi cerita dan memberi solusi. Aku menyimpan kabar itu untuk ku sendiri, sepertinya akan lebih indah (tapi beberapa bulan yang lalu aku sudah mengatakannya pada mu toh? dan reaksi mu, katanya kamu malu, heheh)
Aku tetap berjalan bersamamu, entah apa aku sebenarnya berharap lebih atau bagaimana, tapi aku hanya ingin tetap berjalan bersamamu. Beberapa kali kita berbagi senja bersama, ternyata senja itu menggugah sisi melankoli hati perindu ku. Tidak tahu dengan dirimu, karena aku memang berusaha menutup mata dari itu semua. Mozaik yang tercipta kala senja, menciptakan getaran untuk ku, aku tidak mau senja itu cepat berlalu. Padahal kamu tahu sendiri bagaimana cepatnya senja mengalun berganti langit malam bertabur bintang.. Kali ini, aku tak kuasa menampik, dan sepertinya waktu telah cukup mengiring ku bersama mu, dan sang waktu memang telah menyediakan jawabannya untuk ku. Aku hanya tersenyum kala kamu menggamit tangan ku, dan kita berjalan beriringan di senja kesekian. Aku hanya tersenyum..
Okeeh, cukup flashbacknya
Intinya aku cuman mo bilang, aku sangat bersyukur bisa bersamamu, meskipun ada sedikit hal hal yang kadang mengetuk ragu gundah ku, tapi selama aku menjalaninya dengan mu, aku yakin aku bisa. Insya Allah. Karena, kamu telah membawa senyum ku kembali di pagi hari, menyegarkan ingatanku tentang arti kata dicintai dan mencintai.
0 komentar:
Post a Comment