tataplah mataku. sebab telah lama aku tak melihat.
berbisiklah padaku. tak apa, jangan takut. bila tak biasa berkata lirih, tinggikan saja suaramu atau mendekatlah ke telingaku. telah cukup lama aku tak mendengar.
sejauh ini aku hanya bisa merasa. hangat lembab cuaca. dingin sejuk angin. panas terik mentari. bahagia dan sedih yang bergumpal serupa awan dan jatuh menjadi bulir-bulir hujan. lantas seiring berjalannya peristiwa, aku mengerti bahwa apa yang kurasakan ini memang sudah ada sejak semula. ia terus bertumbuh seiring bertumbuhnya pohon waktu yang ditanam seseorang di pekarangan belakang rumah hatiku.
hmm.. saya takut ada yang hilang..
semoga itu bukan kita..
NB : sepenggalan puisi dari ucu agustin dalam cerpennya Lelaki Yang Menetas di Tubuhku, yang diterbitin dimuat dalam koran Jawa Pos tanggal 13 Agustus 2005. huhuhu. set dah. yup, rite, saya lagi tergila-gila ama beliau ini. tulisannya keren-keren euyh. hmm, meskipun lumayan banyak menceritakan tentang homogen relationship. tapi saya bener-bener menyukainya. love it much. semua tulisan-tulisannya.. hehehehe. penulis muda yang apik twenannn. cara penyajiannya yang pas bwanged.