pena kehidupan adalah
: Aku
sebagai alat tulis Penulis Abadi
: Tuhan ku
yang menuliskan sebuah cerita tentang
: Hidup
dalam lembaran-lembaran kisah
: Kesempatan
sampai tinta tak bersisa, habis dilahap
: Waktu
Kencana, gadis yang selalu membawa senyum kemanapun dia pergi. dalam keadaan apapun itu. dia menganalogikan dirinya seperti pena. pena kehidupan tepatnya. begitu banyak yang dirasa. tak sedikit pula yang belum dikecap. dia hanya ingin terus menulis sampai tintanya habis tak berjejak. dia mengenal bahasa akhir dari semua kesempatan adalah sebuah kehilangan. dengan kelopak air mata mengembang sempurna. bersama layunya kuncup mimpi. tapi itu terjadi kalo kesempatan dibiarkan berlalu begitu saja. dan dia tidak. tidak dengan seorang gadis bernama Kencana. dia menikmati kesempatan bersedih. menikmati kesempatan berbahagia. dia patah hati. dia jatuh cinta. dia marah. dia menyayangi. dia kesal. dia sabar. dan tetap menuliskannya. entah untuk dia pelajari atau untuk orang lain pelajari. dari semua rasa yang dimiliki, Kencana, hanya ingin mencinta.. bisa selalu mencinta. tanpa harus dicintai kembali. karena baginya cinta bukan balas jasa ataupun balas rasa. tanpa rasa khawatir, tanpa rasa takut. tanpa orang yang dia cintai merasa terbeban dengan cintanya.. Kencana, hanya ingin mencinta...
lewat kesempatan, Kencana bertemu Alit. setelah sekian lama tak pernah bertemu. Alit yang gagah. Alit yang tinta pena nya makin berisi dan belum kelihatan meregang. Alit, seorang sahabat dan musuh sekaligus. belum pernah dan tak akan pernah terganti. Alit yang mati-matian meyakinkan Kencana, bahwa dia layak dicintai. Kencana, hanya ingin mencinta.. Kencana meyakini itu seyakin-yakinnya sebuah keyakinan. mencandui keyakinan itu dan dibiarkan diam berkembang dalam diafragma otaknya. meresap ke tiap detik tetesan darahnya. dihirup sebagai pelengkap oksigen untuk paru-parunya. Kencana tak bergeming. dan dia selalu mencinta. kesempatan bertemu Alit membawa Kencana pada partikel waktu yang dia impikan. kereta api harapan mampir melewati rel ingatannya. lengkap dengan gerbongnya yang tidak sedikit. betapa mencinta Alit adalah keinginannya yang menjadi kenyataan yang membuatnya terlengkapi. menatap Alit kala ini, yang datang dengan cinta yang sama bahkan lebih, tanpa rentetan kata-kata, bahkan dengan cara yang beda.. menyadarkan dia..
Kencana hanya ingin mencinta.. dan dicinta.. dengan cara apapun, selama ketulusan terpampang jelas di barisan rasa yang tercurah..
0 komentar:
Post a Comment