aku tak mencintaimu seperti engkau adalah mawar,
atau topas atau panah anyelir yang membakar
aku mencintaimu selayaknya beberapa hal
terlarang dicintai, diam-diam
di sela-sela bayangan dan sukma
aku mencintaimu seperti tetumbuhan
yang urung mekar dan membawa jiwa
bunga-bunga itu di dalam dirinya,
dan karena cintamu,
aroma bumi yang pekat tumbuh diam-diam
di dalam tubuhku
aku mencintaimu, tanpa mengerti bagaimana,
sejak kapan, atau dari mana
aku mencintaimu dengan sederhana,
tanpa kebimbangan, tanpa kesombongan
aku mencintaimu seperti ini,
karena bagiku tak ada cara lain untuk mencintai
di sini, di mana "aku" dan "kau" tiada,
begitu erat, hingga tanganmu di atas dadaku
adalah tanganku
begitu erat, hingga ketika kau tertidur,
kelopak matakulah yang tertutup
Pablo Neruda, Soneta XVII
sejak 'menemukan' potongan puisi ini, saya benar-benar seperti kecanduan membacanya. berkali-kali. berulang-ulang. dan selalu saja berakhir dengan reaksi yang sama yang terurai. bibir yang membentuk lengkungan sempurna untuk sebuah senyum, dan kedua bola mata yang membola dan mengerjap takjub. sangat sederhana dan begitu mengena. suatu bentuk gombalisme yang, hmm, yang tidak terlalu gombal *heheh,makza deuh ah*. itu menurut saya. tapi saya ga ingin membuat resensi tentang puisi ini kok. hehehehe, saya hanyalah seorang penikmat saja ^_^
sayang, cemburu, setia, kebersamaan, rindu, sepertinya merupakan satu paket yang datang bersamaan dengan satu kata yang disebut cinta. cinta tidak pernah datang sendiri, tapi herannya sangat menginginkan keutuhan sebagai satu. sangat sulit untuk menjadi sesuatu yang sederhana, tapi sangat mudah untuk kemudian berubah menjadi sesuatu yang sangat complicated. universal thing, yang saking universalnya memiliki begitu banyak persepsi dari zaman ke zaman. hm, dan lagi-lagi.. saya tidak ingin membahas cinta ^_^ saya merasa tidak cukup benar untuk mengelu-elukan cinta, apalagi untuk menghujatnya. saya hanya begitu me- dan selalu senang bila di-, dua buah prefiks yang menunjukan keaktifan dan kedinamisan sebuah hidup dalam orbitnya. itu saja, hanya seperti itu dan akan tetap seperti itu.
kadang-kadang, rindu saya menebal, melewati lazuardi, menyebrangi horizon, dan merangkak menggapai langit ke tujuh *as if, it is exist* rindu yang menebal, diikuti dengan sayang yang bertalu-talu, beserta dengan keinginan yang menggebu-gebu. kombinasi itu, membuat saya menari. dalam tawa, selewat sebuah senyum, dan sekelebat sedu sedan. membuat saya menyanyi, meski nada sumbangnya mungkin memekakan genderang yang penting tidak membuat jera. bagi saya, hanya saya yang mendengarnya. hehehe, egois yah? dan tak jarang juga, rindu yang menebal ini, sayang yang bertalu-talu dan keinginan yang menggebu-gebu ini melempem seperti layaknya besi yang terus-menerus dipanaskan. melengkung menjadi kurva. membentuk orbit yang elips, entah pepat atau tidak. ragu. hanya satu kata itu yang muncul. namun tidak sampai membuat saya menyerah, kata orang saya tipe fighter survivor. haha, sedikit lucu mendengar penilaian mereka. tapi sempat terhenyak juga kala mengetahui kegigihan macam apa yang saya pakai yang sepertinya lepas dari pengamatan saya. maka seorang fighter survivor tidak lagi menjadi suatu kelucuan. hey, ini renik-renik kehidupan. sewajarnyalah klo saya berlaku dan bertindak mengikuti kata hati saya. bukannya tidak peduli, tapi saya kelewat peduli. akhirnya semua yang melempem itu, sesuatu yang melengkung itu, kembali menebal lagi, kembali berputar lagi, dan bahkan sepertinya sampai melewati langit ke tujuh. fase-fase itu. pembelajaran-pembelajaran itu. tidak pernah berhenti. kepercayaan ini. kebersamaan nyata semu ini. tarian jiwa yang menghentak, nyanyian hati yang menggaung. kebahagiaan ini. oh ya ampun, saya sangat berbahagia, saya tau itu ^_^
PS : pagi tadi indah yah? dan sangat penuh semangad. i love you..
0 komentar:
Post a Comment