17.4.07

bolehkah?

sudah disini lagi. perjalanan yang melelahkan yang ditempuh dengan berat hati dan berlinangan air mata [as always] *sigh* apalagi ditambah dengan tagline, "pergi dulu, daripada liad bus nya jalan duluan" yang tumben-tumbennya terucap dari mama saya, yang mengantarkan ke terminal waktu itu, haha, saya tak bisa berhenti menangis selama satu jam pertama perjalanan sialan nan keparat tersebut.

perjalanan sendiri. sedikit menyeruak magical moment miliknya, yang katanya berupa rasa senang yang betul betul menggetarkan jiwa. dan merupakan keajaiban bagi dirinya sendiri. membuat senyum, karena saya begitu mengharap keajaiban. keajaiban yang begitu saja 'pop up' di hadapan saya. tanpa perlu saya melakukan apa-apa. meski saya tau itulah kemustahilan yang sangat paling bisa dilakukan oleh saya sebagai manusia. dan akhirnya lagi-lagi mengantar senyum, kala melihat langit pagi. menyemburatkan jingga dan ungu. kemegahan mega. indah. saya speechless dan jatuh terlelap. dan terjaga dengan senyuman lagi.

sedikit muak. dengan perkataan, yang tersirat ataupun langsung terucap yang bermakna seperti ini,
'apalah artinya menikah klo harus berjauhan, suami ku disini, dan aku disana'
'bukankah sudah tugasnya seorang istri melayani suami?'
'aku harus belajar masak ini, karena suamiku menyukai masakan ini'
'harus melakukan ini, mumpung suamiku belum disini'
'suamiku begini begini, makanya aku mesti begitu begitu'
yang menjadi penghias hari-hari pertama saya di kantor, dari seorang teman. arrggh! kenapa saya jadi eneg dan ketakutan? bukan, bukan terhadap lembaga mahligai itu. tapi terhadap teman saya yang mengatakan itu. apa karena saya baru saja mengenalnya, dan pengenalan yang dilakukannya adalah sebagai seorang istri, bukan sebagai dirinya sendiri? iyah, saya tau saya tak bisa menjamin dengan apapun bahwa kelak nanti, suatu saat, tak akan ada seorang teman baru saya yang akan mengalami perasaan ketakutan dan kemuakan seperti saya saat ini. tapi tak bisakah dia sedikit bercerita 'atas nama aku?' atau lagi lagi, inikah saya, yang sedang berpada pada kemustahilan? keengganan semesta untuk mewujudkan?

pada akhirnya, saya ini tak tau apa-apa. mungkin karena belum ada yang benar benar saya ingini. hingga untuk menjalani enggan, bersyukur pun tak mau. ingin, terasa begitu asing. baik di telinga, atau di rasa. uhhm, ada sedikit, tentang ingin yang berupa cita dan cita diselipkan alfabet n. tapi mengapa begitu banyak mengundang tanya? bahkan kalimat tanya yang diawali kenapa, yang konon, menurut kaidahnya harus dijawab dengan kalimat yang diawali karena. padahal mengenai sebab musabab bukanlah sesuatu yang menyenangkan. bagi saya. enggan sekali memungut remahan ingatan di labirin ini agar bisa membawa saya ke titik awal. tapi tikungan yang sedang berusaha saya lalui, terlalu meruncing dan membuat sakit saat menohok ulu hati. hingga membuat saya, ingin berputus asa sejenak. bolehkah?

katanya [entah kata siapa] pengetahuan itu membuahkan ketidakyakinan. tapi apakah ketidaktahuan akan dengan senang hati memantapkan yakin di pikir dan di sukma?

0 komentar:

 

loveblue © 2008. Chaotic Soul :: Converted by Randomness