dan kemudian diikuti oleh hembusan nafas lega, dari beberapa orang yang sudah mengantuk, dari beberapa orang yang sudah kegerahan entah lantaran cuaca malam hari sangat tidak bersahabat ato lantaran kipas angin di mesjid itu cuman satu buah saja, serta dengingan dan desisan yang tiba-tiba mereda dari sekelompok orang yang malah membuat 'ruang diskusi' sendiri.
sebelum sang imam mengumandangkan takbir, seperti biasa, selayaknya seorang imam yang baik yang memimpin jamaahnya, untuk mengingatkan pada jamaahnya :
meluruskan dan merapatkan saf, ternyata bukan perkara mudah. entah mungkin terlalu enggan mengangkat dan kemudian memindahkan sajadahnya ke tempat yang belum terisi penuh, seolah-olah memindahkan sajadah merupakan pekerjaan yang mahaberat. ato merasa aneh harus bersisian dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. ato bahkan, pikiran yang korelasinya dengan cuaca, di samping pintu, di beranda, tempat angin bisa dengan leluasa keluar masuk dan berhembus, ato tepat di bawah kipas angin, supaya selama sholat tidak kegerahan. dan ga kalah 'seru' nya, mencari sandaran, untuk menopang punggung, setelah kerja keras ruku' dan sujud untuk beberapa rakaat. kenyamanan itu perlu kan, agar konsentrasi dan ke-fokus-an beribadah benar-benar terpusat pada satu hal saja? i guess n i hope it is not..
#1
"saf di dalam masih kosong, masuk yuk"
"jangan, disini saja. nanti di dalam kita malah kegerahan"
"oh iyah"
-hasilnya, dua orang ini tidak jadi berpindah ke dalam, meski saf di dalam belum terisi penuh-
#2
"yang di depan kosong, maju aja yah?"
"ga usah, ntar yang di beranda aja yang masuk, di sini kan pas, ada sandarannya"
"he-eh dink"
-hmm, mereka muda, dan mereka memerlukan sandaran untuk menopang punggung-
#3
"geser ke kanan giyh, masa saf nya dibiarkan terputus gini"
"kamu aja, ga kenal tuh yang di ujung sana. ntar malah dijutekin. biar aja deh bedua di ujung pintu sini, kan enak juga banyak anginnya"
-shalat berjamaah bukan lagi untuk membangun ukhuwah islamiah tah? *wondering*-
#4
"sapa yang imam?"
"ga tau, tanya si A saja.."
"liad materi ceramah punya mu donk, tadi ga sempat nyatat"
"iya, ntar minta tanda tangannya bareng yah.."
-sebuah tuntutan ato sebuah kesadaran?-
maka jadilah seperti ini : saf pertama, sebagai saf yang penuh sempurna. saf kedua : saf yang penuh tanpa terlalu padat. saf ketiga sebuah saf yang udah agak jarang, dengan sajadah yang agak cukup lumayan lebar. saf keempat, sepertiga bagiannya masih kosong. saf kelima : agak penuh di bagian yang ada senderannya. saf keenam lumayan penuh dengan angin sepoi-sepoi. saf ketujuh : segerombolan anak-anak yang mencukupi satu saf dengan kesibukan mencatat materi ceramah serta imam yang kemudian diburu tanda tangannya, sebagai bukti di sekolahan, bahwa anak yang bersangkutan telah mengikuti tarawih selama bulan ramadhan berlangsung.
setiap tahun seperti ini..
apakah menyampaikan kebaikan atopun ajaran-ajaran memang harus terikat dengan waktu yang ada?
apakah sang imam salah karena tidak mengecek satu per satu saf nya sebelum memulai sholat berjamaahnya?
apakah sekolah itu salah karena melakukan pengawasan terhadap ketaatan melaksanakan ibadah anak didiknya?
apakah senyum satu-satunya tanda yang menyatakan bahwa seseorang itu tidak cukup jutek untuk melabrak seseorang yang lain yang tiba-tiba memilih bersisian di sampingnya dalam sholat berjamaah?
atau, apakah cuaca sangat sungguh berpengaruh untuk melaksanakan ibadah sepenuhnya?
hmm.. saya hanya bertanya-tanya saja..