WARNING : REALITY BITES!!!
but it won't get any harder than it could be *wink*wink*
saat saya mengajukan pertanyaan, itulah saat dimana saya ingin melihat kenyataan. sepahit apapun itu. semanis apapun itu. sekecut apapun itu. seberapa panjang pun jawaban dari pertanyaan itu. meskipun kadang-kadang, mungkin saya akan terlihat terlalu memaksa. memaksa untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertannyaan itu.
kamu, iyah, kamu. kamu mengatakan imajinasi adalah sesuatu yang ekstrim. klo tidak yang jelek-jelek banged, maka itu akan menjadi sesuatu yang sangat terlalu indah banged. dan saya, sangat keukeuh mengatakan bahwa imajinasi adalah sesuatu yang berada di bawah kontrol orang yang berimajinasi. maka imajinasi itu pun akan menjadi sesuatu yang sesuai standard dari orang yang berimajinasi itu. kalaupun, as if, pikiran kita memang lebih sering menuntun kita ke arah yang selalu diawali dengan kata : 'jangan-jangan, bla bla bla bla' itu, berarti sepatutnya kita bersyukur kan? kita masih bisa mengingat kenyataan daripada hanya berimajinasi. maka, saat saya bertanya tentang sesuatu, kepada kamu, itu berarti saya telah meruntuhkan semua imajinasi yang dibangun otak kiri saya berkaitan dengan hal yang saya tanyakan.
unpredictable. introvert. blurry. labirin. adalah beberapa hal yang membuat saya bertanya. unpredictable dan blurry untuk sesuatu yang tidak bisa saya lihat, kadang samar dan buahnya adalah ketidakpahaman; introvert untuk sesuatu yang kadang-kadang memberatkan langkah saya selanjutnya. dan labirin, for something which is easy to come in but so difficult to find a way out. saya takut akan menemukan kata 'tidak-mengenal-kamu-yang-bukan-hanya-kamu' nantinya, yang kemudian menjadi sulaman benang merah pada kesimpulan yang mengatakan 'saya-tidak-mengenal-kamu-sama-sekali' dengan wujud akhir 'sebuah-kehilangan'.
terima kasih untuk jawaban yang tak putus. dan ritme irama yang menuntun langkah. saya pikir kamu tahu dan mengerti, betapa artinya akan tertera dengan takzim menjadi sebuah ke-sangat-an dan syukur yang akan terus bersambung...
bagaimana aku bisa meminta kamu memahami, klo kamu tidak mengetahui apa-apa tentang aku. ini sebuah cerita. bukan kemudian untuk dipermasalahkan. teruslah berjalan melangkah ke depan, tapi jangan lupakan sekitar kita, dan tengoklah sesekali ke belakang, ada pengalaman yang layak kita jadikan pelajaran, itu pun demi masa depan kita kelak.
saya tidak berkeberatan klo suatu saat nanti, kita hanya duduk berdua dan bercerita saja, tanpa mesti mencetak tapak kaki di sepanjang trotoar itu *wink*wink*
0 komentar:
Post a Comment